Senin, 26 Desember 2011

kebangkitan yesus kristus ( Hari Paskah)

Kebangkitan Yesus Kristus






Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain menengok kubur itu.
Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya, lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju.
Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.
Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu, "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."
Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata, "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.
Maka kata Yesus kepada mereka, "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat. 28:1-10)

Sekilas, orang akan menemukan keganjilan mengapa Tuhan Yesus dalam membuktikan kebangkitan-Nya, lebih memilih menampakkan diri-Nya kepada perempuan-perempuan daripada kepada para murid-Nya? Dalam hal inilah kita melihat, bahwa Ia ingin menunjukkan kerendahan hati dari iman kita. Kita tidak boleh mendasarkan iman kita pada hikmat manusia, tetapi harus menerimanya di dalam ketaatan yang mutlak pada apa yang kita ketahui melalui Dia. Selain itu, ketika Ia mengirim perempuan-perempuan itu kepada para murid-Nya untuk mengajar mereka, tidak diragukan lagi bahwa Ia ingin menghakimi para murid-Nya, sebab pengajaran yang telah mereka terima dari mulut-Nya menjadi tidak berguna ketika mereka diuji. Karena lihatlah, bagaimana mereka tercerai-berai; mereka meninggalkan Guru mereka. Mereka dibingungkan oleh ketakutan. Dan kebaikan apakah yang telah terjadi pada mereka yang telah berada lebih dari 3 tahun di dalam sekolah dari Anak Allah itu? Begitu pengecutnya mereka. Maka sepantasnyalah mereka dihukum berat, bahkan boleh diambil seluruh pengetahuan yang telah diterima sebelumnya; karena mereka seperti telah menginjak-injak pengetahuan itu di bawah kaki mereka dan menguburkannya.

Tuhan Yesus tidak ingin menghukum mereka sedemikian berat. Kesalahan mereka dihukum dengan suatu koreksi yang lembut, yaitu Ia menunjuk perempuan-perempuan itu untuk menjadi guru mereka. Para rasul telah dipilih sebelumnya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia (jadi mereka sesungguhnya adalah guru-guru pertama dari gereja), tetapi mereka begitu pengecut dan ditemukan tercerai-berai, sepertinya iman mereka telah mati. Hal ini seharusnya menyadarkan akan ketidaklayakan mereka untuk mendengar pengajaran apapun dari mulut Tuhan kita Yesus Kristus, karena itu pengumuman tersebut diterima dari perempuan-perempuan itu untuk lebih menyadarkan akan kesalahan mereka; dan Tuhan Yesus Kristus memulihkan mereka kembali kepada posisi dan hak istimewa yang hanya berdasarkan anugerah.

Selain itu, bagi kita semua didesak untuk menerima kesaksian yang dikirim oleh Allah, bahkan jika orang-orang yang menyampaikan itu kurang penting atau mereka tidak memiliki penghargaan atau reputasi dalam mata dunia. Sebagaimana dalam fakta, ketika seseorang dipilih atau ditunjuk untuk menjadi notaris atau pejabat negeri, apa yang mereka lakukan diterima sebagai hal yang otentik. Seseorang tidak akan mengatakan ini atau itu untuk menentangnya, sebab jabatan itu memberikan kepadanya respek di antara manusia. Dan apakah Allah memiliki kehormatan yang lebih rendah daripada raja-raja dunia, jika Ia mentahbiskan orang yang hanya kepada mereka Ia berkenan untuk menjadi saksi-saksi-Nya, yang dari-Nya seseorang menerima apa saja yang harus dikatakan tanpa kontradiksi dan sahutan? Tentu ini merupakan hal yang seharusnya. Jika tidak demikian, maka berarti kita ingin memberontak, bahkan melawan Allah sendiri. Inilah yang harus kita ingat di dalam hal yang pertama ini.
Marilah kita perhatikan, meskipun Tuhan kita Yesus Kristus menampakkan diri kepada perempuan-perempuan dan mereka mendapat kehormatan yang pertama, Ia sendiri memberikan kesaksian yang cukup untuk kebangkitan-Nya. Jika kita tidak menutup mata dan telinga dengan kejahatan tertentu dan hati menjadi bodoh, maka kita memiliki kepastian yang berlimpah akan pernyataan iman tentang kebangkitan, yang merupakan hal yang sangat penting. Sebab ketika Rasul Paulus membuktikan ketidakpercayaan mereka yang meragukan kebangkitan Kristus, ia menyebutkan bahwa Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya tidak hanya kepada perempuan-perempuan, tapi juga kepada Petrus dan Yakobus, 12 rasul, dan kemudian bahkan lebih dari 500 murid-murid lainnya. Karena itu, bagaimana mungkin kita memaafkan kejahatan dan pemberontakan kita, jika kita tidak mempercayai lebih dari 500 saksi yang dipilih bukan oleh manusia tetapi dari kedaulatan Allah yang Mulia?
Dan kebangkitan ini bukan hanya satu kali diberitahukan kepada mereka, tetapi beberapa kali, namun para rasul masih meragukannya. Dengan demikian apa yang telah diragukan dan tidak dipercayai oleh para rasul sebelumnya (namun sekarang telah mempercayainya), seharusnya memberikan kepada kita konfirmasi yang lebih besar lagi. Jika pada penampakkan yang pertama, mereka telah percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus, orang mungkin mengatakan hal itu tanpa bukti dan sangat sederhana. Tetapi para rasul begitu lambat, sehingga Yesus Kristus harus mencela mereka sebagai orang bodoh dan tidak beriman serta tidak mengerti. Para rasul yang tidak siap untuk menerima pernyataan iman ini, seharusnya membuat kita lebih yakin lagi. Sebab kebangkitan ini diberikan kepada mereka sebagai alasan yang sangat kuat, maka seharusnya kita mengikutinya.

Seperti dikatakan kepada Tomas, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya." Maka sekarang, ketika berbicara bahwa Tuhan Yesus Kristus menampakkan diri kepada kedua orang wanita, marilah kita memikirkan dari apa yang dikatakan bagian Alkitab lain yang ditulis oleh Rasul Paulus, bahwa kita harus tahu, kita tidak perlu tersandung, tetapi harus lebih memandang ke atas dan menaklukkan diri kita kepada Allah, yang memiliki segala superioritas dan menaklukkan di bawah firman-Nya. Sebab jika kita tidak dapat diajar, pastilah kita tidak akan pernah mendapat manfaat dari pengajaran Injil. Dan tidak dapat dikatakan bodoh ketika kita menerima apa yang Allah katakan dan nyatakan kepada kita. Sebab ketika akan belajar dengan ketaatan untuk mendapatkan manfaat dari sekolah-Nya dan di dalam iman, kita akan tahu bahwa kesempurnaan dari segala hikmat adalah menjadi taat kepada Dia.

Namum kita harus juga memperhatikan apa yang Matius katakan: Seorang malaikat muncul dan membuat para penjaga ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. Para wanita juga gentar ketakutan, tetapi malaikat tersebut menolong meredakan ketakutan mereka. Malaikat itu berkata, "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya." Di sini terlihat bagaimana Allah menerima cinta dan semangat dari para wanita tersebut, tetapi Dia juga mengoreksi apa yang tidak diakui-Nya. Maksudnya bahwa Ia mengoreksinya melalui perkataan malaikat yang hadir di dalam nama-Nya. Kita telah mengatakan bahwa adalah karena kebaikan Allah semata-mata, Dia menerima pelayanan kita yang tidak sempurna. Ia menerima apa yang tidak berarti, sama seperti seorang ayah menerima anak-anaknya. Allah benar-benar murah hati kepada kita. Tetapi sebaliknya, Ia tidak menghendaki manusia untuk bersenang-senang dan menganggap remeh kesalahan mereka. Karena itu, malaikat tersebut mengoreksi kesalahan para wanita itu. Walaupun mereka mempunyai maksud yang baik, namun mereka tetap dihukum atas kesalahan mereka. Lukas menyatakan bahwa mereka mendapat teguran keras: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup dari antara orang mati?"

Di sini, kita juga harus memperhatikan bahwa para penjaga tersebut, sebagai orang-orang fasik dan yang tidak percaya, yang tidak takut akan Tuhan dan yang tidak beragama, diliputi ketakutan yang amat sangat. Para wanita tersebut juga merasa takut, tetapi mereka menerima penghiburan. Lihatlah, betapa dahsyatnya kemuliaan Tuhan kepada mereka yang melihatnya. Kita merasakan kelemahan kita sewaktu Tuhan Allah menyatakan diri-Nya kepada kita. Kita merasa congkak dan berani. Tetapi pada waktu Tuhan Allah memberikan tanda akan kehadiran-Nya kepada kita, tidak dapat lagi kita merasa bahwa kita adalah manusia yang garang, kita sudah barangtentu akan merasa hancur dan menyadari akan kondisi kita bahwa kita adalah debu semata-mata, bahwa semua kebajikan kita sama seperti uap yang hanyut menghilang.

Hal ini berlaku untuk semua orang, untuk orang baik maupun orang fasik. Selain itu pula, saat orang-orang yang tidak percaya merasa takut akan Tuhan Allah, Ia membiarkan mereka - sebagai orang-orang fasik - sebab mereka tidak layak untuk merasakan kebaikan-Nya di dalam segala hal. Karena itu, mereka melarikan diri dari kehadiran-Nya. Mereka begitu marah dan kehilangan pengertian dan akal budi, menjadikan diri mereka sebagai orang yang kasar. Orang-orang yang setia, setelah mengalami ketakutan, memberanikan dirinya dan bangkit, karena Tuhan Allah menghibur dan memberikan mereka kesukaan. Rasa takut yang dialami oleh orang-orang yang setia di dalam hadirat Tuhan Allah, merupakan langkah pertama di dalam kerendahan hati, dimana mereka memberikan penghormatan dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan menyadari bahwa mereka tidak berarti apa-apa, sehingga mereka mencari kebaikan hanya di dalam Dia saja.







Hal inilah yang menyebabkan seorang malaikat berkata, "Jangan takut." Kata ini perlu untuk mendapatkan perhatian. Seperti Ia mengatakan, "Aku membiarkan mereka di dalam kebingungan, karena mereka tidak layak atas belas kasihan, tetapi sekarang Aku tertuju kepadamu dan membawa berita kesukaan kepadamu." Sebab itu, lepaskanlah dirimu dari ketakutan, karena kamu mencari Yesus Kristus. Karena hal ini benar adanya, marilah kita belajar mencari Tuhan Yesus, tidak dalam kekerasan hati, seperti halnya para wanita yang disebutkan di sini. Marilah kita dengan iman datang kepada-Nya, tanpa berpura-pura. Hendaknya kita yakin dengan melakukan hal ini bahwa pesan ini ditujukan kepada kita.

Kita harus datang dengan berani tanpa takut. Bukan berarti tanpa rasa hormat (karena kita harus dipenuhi oleh rasa takut akan Dia di dalam memuja kemuliaan Allah). Tetapi hendaknya kita tidak perlu merasa takut seperti diliputi oleh rasa tidak percaya. Biarlah kita juga mengetahui, bahwa Anak Allah akan menyesuaikan diri-Nya dengan keterbatasan kita pada saat kita datang kepada-Nya dalam iman. Kita akan menemukan bahwa Dia adalah sumber penghiburan dan kesukaan.

Namun, para wanita tersebut pergi dengan kesukaan dan juga ketakutan yang amat sangat. Kelemahan iman mereka ditunjukkan lagi di sini. Walaupun maksud yang mereka inginkan baik, tetapi mereka tidak mengambil jalan yang benar, seperti yang telah kita pelajari dari fakta bahwa mereka orang yang tidak mempunyai keberanian, dan mereka tidak bisa memutuskan untuk mempercayai atau tidak mempercayai akan kebangkitan. Sekalipun mereka telah mendengarkan berulang-ulang, mereka masih tidak mampu mengatasi perasaan bahwa mereka tidak perlu lagi untuk mencari Tuhan Yesus di kuburan. Perlu dicatat bahwa hal ini berasal dari ketakutan.

Kita mengerti bahwa ini merupakan perasaan yang salah. Memang benar bahwa kita harus takut akan Allah, memberikan penghormatan terhadap kemuliaan-Nya, mematuhi-Nya, serta merendahkan diri sepenuhnya, sehingga Ia boleh diagungkan di dalam kemuliaan-Nya; setiap mulut ditutup, supaya hanya Dia sendirilah yang boleh diakui sebagai yang benar, bijaksana, dan berkuasa. Tetapi ketakutan yang disebutkan di sini, di bagian kedua, adalah hal jahat yang perlu dihukum, yang disebabkan oleh kebingungan para wanita tersebut. Meskipun mereka dapat melihat dan mendengar malaikat berbicara, bagi mereka kelihatannya seperti mimpi.

Dari hal ini, kita diperingatkan bahwa Allah seringkali bekerja di dalam diri kita pada saat kita tidak merasa apakah kita bisa mendapatkan manfaatnya atau tidak. Oleh karena banyaknya ketidaktahuan dalam diri kita, seolah-olah seperti awan yang menghalangi kita untuk dapat mengerti dengan jelas dan kita dijerat dengan banyak angan-angan. Secara singkat, kelihatannya seluruh pengajaran akan Allah seperti tidak berarti.

Namun demikian, kita mendapatkan pengertian, dimana kita merasa Allah bekerja di dalam hati kita. Walaupun kita hanya memiliki sedikit tanda anugerah, biarlah kita tidak kehilangan keteguhan hati kita. Marilah kita berdoa kepada Allah, sehingga Dia boleh menambahkan sedikit dari apa yang telah dimulai-Nya, membuat kita percaya, dan meyakinkan kita sampai kita dibawa pada kesempurnaan. Walaupun kenyataannya para wanita tersebut diliputi oleh ketakutan dan kesukaan, kita melihat bahwa Allah selalu menguasai mereka dengan Roh Kudus-Nya, dan bahwa pesan yang disampaikan malaikat kepada mereka berguna seluruhnya.

Tuhan Yesus menampakkan diri kepada mereka di perjalanan, dan berkata kepada mereka, "Jangan takut, tapi pergilah, beritahukanlah kepada saudara-saudara-Ku untuk berkumpul bersama di Galilea dan di sana kalian akan melihat Aku." Kita dapat mengerti dengan lebih baik akan bagian ini tentang bagaimana Anak Allah membawa kita untuk datang kepada-Nya sampai kita yakin sepenuhnya bahwa kita memerlukan-Nya. Sudah cukuplah bagi para wanita tersebut mendengarkan pesan dari malaikat, karena Ia menunjukkan bahwa Ia diutus oleh Allah. Wajah-Nya bagaikan kilat. Memang benar bahwa jubah-Nya yang putih dan hal lain yang serupa itu tidak mengungkapkan dengan gamblang kemuliaan Allah. Namun, para wanita ini mempunyai suatu kesaksian yang sungguh, bahwa bukanlah seorang manusia biasa yang berbicara, melainkan malaikat dari surga. Kesaksian ini sudahlah cukup bagi mereka. Tetapi kepastian yang lebih besar dialami sewaktu mereka melihat Tuhan Yesus yang mereka kenal pertama kali sebagai Anak Allah, dan Kebenaran-Nya yang tidak berubah.

Inilah yang mensahkan lebih jelas mengenai apa yang telah mereka dengar dari malaikat. Dan hal ini juga yang membuat kita bertumbuh dalam iman. Karena dari saat permulaan kita tidak mengetahui akan kekuatan dan keampuhan firman Tuhan. Tetapi kalau seseorang mengajarkan kita dan kita belajar akan hal tersebut, adalah hampir tak berarti. Namun Roh Kudus-Nya memberikan kesan kepada diri kita sedikit demi sedikit, yang pada akhirnya Dia menunjukkan kepada kita bahwa Dialah yang berbicara. Dan kita memutuskan bahwa tidak hanya kita memiliki pengetahuan, tetapi kita juga diyakinkan bilamana setan merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan kita, dia tidak mampu menggoyahkan iman kita karena keyakinan yang kita miliki: yaitu bahwa Anak Allah adalah Pengajar kita dan kita bersandar pada-Nya dengan menyadari bahwa Dia menguasai sepenuhnya kehidupan kita dan Dia berhak atas seluruh kedaulatan pemerintahan.

Kita melihat hal ini pada wanita-wanita tersebut. Memang benar bahwa Allah tidak bekerja dengan cara yang sama di dalam segala hal. Beberapa dari antara mereka merasa tertarik pada kenyataan bahwa mereka menganggap Allah mempunyai kekuatan yang luar biasa. Tetapi seringkali kita diajarkan bahwa kekasaran dan kelemahan kita akan nampak jelas terlihat, sehingga kita dapat diingatkan untuk memuliakan Allah dan mengakui bahwa kita memiliki segalanya hanya oleh karena Dia.

Marilah kita sekarang memikirkan Firman Tuhan yang telah kita bahas, "Pergilah, beritahukanlah kepada saudara-saudara-Ku untuk menemui Aku di Galilea." Kita melihat bahwa Anak Allah muncul kepada Maria dan rekan-rekannya, tidak hanya untuk menyatakan diri-Nya kepada tujuh atau delapan orang saja, tetapi Ia berkeinginan supaya pesan ini diberitakan kepada para rasul, dan bisa disampaikan kepada kita, sehingga kita juga dapat membagikannya kepada orang lain. Kenyataannya, tanpa hal tersebut, apa keuntungan cerita akan Kebangkitan bagi kita?

Kita mendapatkan gambaran yang lebih baik pada kenyataan bahwa Anak Allah memanifestasikan diri-Nya, dan Ia menginginkan supaya hal ini diberitakan ke seluruh dunia. Marilah kita yakin bahwa Tuhan Yesus menginginkan kita memperoleh kepastian akan Kebangkitan-Nya, sebab di dalam kebangkitan inilah seluruh harapan dan kebenaran kita boleh bersandar; bilamana kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus telah bangkit. Dia tidak hanya membersihkan kita dari segala kenajisan kita dengan Kematian-Nya, tetapi juga Dia tidak dapat tinggal dalam keadaan lemah seperti itu. Ia perlu menunjukkan kuasa Roh Kudus-Nya, dan Ia harus menyatakan Anak Allah bangkit dari kematian, seperti yang dinyatakan Rasul Paulus pada pasal pertama Kitab Roma, dan juga pada bagian-bagian lain. Sebab itu, kita sekarang dapat diyakinkan bahwa Tuhan Yesus yang sudah dibangkitkan menginginkan kita untuk datang kepada-Nya dan jalan boleh terbuka bagi kita. Dan Ia tidak menunggu kita untuk mencari-Nya, tetapi Ia telah menyediakan jalan pada waktu Ia memanggil kita melalui pemberitaan Injil, dan bahwa pesan ini boleh diberitakan oleh orang-orang yang telah dipilih-Nya. Biarlah sekarang kita boleh mengakui dengan membagikan kebenaran yang kita miliki di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, mencapai kemuliaan surga karena Ia tidak menghendaki kita terpisah dengan-Nya.

Karena itu Ia memanggil murid-murid-Nya sebagai saudara-saudara-Nya. Sudah barangtentu ini merupakan suatu gelar yang terhormat. Hal ini Ia berikan kepada mereka yang adalah hamba-hamba-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa Ia menggunakan kata ini untuk menunjukkan hubungan persaudaraan yang ingin Ia teruskan kepada mereka. Dan Ia juga bersatu dengan kita, seperti yang telah dinyatakan oleh Rasul Yohanes. Kita digerakkan oleh pernyataan di dalam Kitab Mazmur 22, di mana bagian ini diambil: Aku akan menyatakan nama-Ku kepada saudara-saudara-Ku; tidak hanya keduabelas rasul yang terpanggil sebagai saudara Yesus Kristus, tetapi melimpahkan suatu panggilan kepada kita semua yang mengikuti Anak Allah, dan Ia berkeinginan supaya kita membagikan kehormatan tersebut.

Karena itu, pada waktu Tuhan Yesus berkata, "Aku akan pergi kepada Allah-Ku dan kepada Allahmu, kepada Bapa-Ku dan kepada Bapamu," perkataan ini ditujukan bukan kepada sekelompok grup, tetapi ditujukan kepada banyak orang percaya. Tuhan Yesus kita, sekalipun Ia Allah kita yang kekal, melakukan yang terbaik di dalam kekuatan-Nya sebagai Pengantara, merendahkan diri-Nya untuk berada dekat dengan kita. Karena walaupun sifat-Nya sebagai Anak Allah yang mengangkat kita dengan anugerah (persekutuan kekal), Dia merupakan Bapa kita Tuhan Yesus Kristus. Melalui Dialah kita berada pada aspek yang berbeda. Karena kita tidak perlu ditinggikan setinggi Dia. Kiranya tidak ada kebingungan di sini. Jikalau pada tubuh manusia, kepala tidak berada di atas anggota-anggota tubuh lainnya, maka sudah tentu merupakan hal yang ganjil dan kacau. Adalah masuk akal juga bahwa Tuhan Yesus sudah seharusnya menempatkan posisinya yang berdaulat, sebab Ia adalah Anak Allah.

Tapi ini tidak berarti bahwa kita terhindar bersekutu dengan-Nya di dalam persaudaraan, sehingga kita bisa berseru kepada-Nya dengan penuh keberanian dan keyakinan Ia akan menjawab kita, sebab kita memiliki hubungan pribadi dan jalan kepada Dia. Kita mengerti arti dari kata yang Tuhan Yesus ucapkan sewaktu Ia memanggil 'saudara' kepada murid-murid-Nya, yang mana saat ini kita mempunyai hak yang sama seperti mereka melalui iman. Dan ini tidak menurunkan kekuasaan dan kemuliaan Anak Allah, pada saat Ia menyatukan diri-Nya dengan makhluk yang buruk seperti kita, dan Ia memiliki kehendak untuk berada bersama kita.

Sudah selayaknya kita dipenuhi dengan kesukaan, sewaktu kita mengerti kebaikan yang Ia tunjukkan. Ia telah memperoleh kemuliaan surga bagi kita pada saat Ia bangkit dari antara orang mati. Ia juga telah merendahkan diri-Nya bagi kita, dengan rela mengosongkan diri-Nya dengan mengakui kita sebagai saudara-Nya - kita boleh datang kepada-Nya. Biarlah kita mencari Dia, serta datang kepada-Nya dengan penuh keyakinan. Seseorang dapat berkata bahwa Ia tidak hanya memakai perkataan-Nya untuk menarik kita, tetapi Ia menambahkan sakramen yang jelas, sehingga kita dipimpin-Nya sewaktu kita mengikuti-Nya. Kenyataannya, kita tidak dapat berdalih akan kemunduran kita, jika kita tidak datang kepada Tuhan kita Yesus Kristus.

Dengan tujuan apakah Ia mempersiapkan kita? Bukan untuk memuaskan tubuh dan perut kita, walaupun Allah menyatakan bahwa Ia akan memelihara kita dan Tuhan kita Yesus Kristus menunjukkan bahwa Dialah sesungguhnya terang dunia. Bahkan dalam hal istirahat dan makanan yang kita konsumsi setiap harinya, Tuhan Yesus menyatakan kebaikannya kepada kita. Akan tetapi Tuhan Yesus menunjukkan perhatian-Nya yang khusus melalui persiapan yang telah Ia lakukan bagi kita untuk menyatakan bahwa kita adalah saudara-Nya saat Ia mempersatukan kita dengan-Nya (seperti apa yang dikatakan-Nya dalam Yohanes 17). Ia juga mempersatukan kita dengan Allah Bapa dan menyatakan sepenuhnya kepada kita bahwa Dia sendiri merupakan makanan dan minuman kita, dan bahwa kehidupan kerohanian kita dipelihara sepenuhnya di dalam Dia. Hal ini merupakan hal yang lebih jika Ia memanggil kita saudara seratus kali.

Karena itu hendaklah kita menyadari kesatuan yang kita miliki dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia menghendaki supaya kita mempunyai hidup bersama dengan-Nya. Apa yang Ia miliki merupakan milik kita, bahkan apa yang Ia kehendaki untuk tinggal di dalam kita; bukan imajinasi, tapi pada kenyataan; bukan pada hal keduniawian, tetapi pada hal kerohanian. Dia turut bekerja dengan kekuatan Roh Kudus-Nya, sehingga kita dipersatukan dengan Dia lebih dari anggota-anggota tubuh. Sama seperti akar dari tumbuhan menyalurkan zat serta kekuatannya pada seluruh cabang, demikian juga kita mendapatkan zat dan kehidupan dari Tuhan kita Yesus Kristus. Karena itulah Rasul Paulus berkata bahwa Domba Allah telah disalibkan dan dikorbankan, sehingga tidak ada lagi yang tertinggal, tetapi kita dapat mengambil bagian dalam pengorbanan.

Sama seperti Hukum Taurat di waktu lampau, di mana korban dipersembahkan, pada masa sekarang kita harus datang dan mengambil makanan rohani kita pada Korban yang telah dipersembahkan untuk penebusan kita ini. Adalah benar bahwa kita tidak memakan daging Yesus Kristus, karena Dia tidak masuk ke dalam diri kita secara jasmani seperti apa yang banyak orang suci bayangkan, tetapi kita menerima roti sebagai tanda bukti yang pasti dan mutlak bahwa Tuhan Yesus memberikan makanan rohani kepada kita melalui tubuh-Nya; kita menerima setetes anggur untuk menunjukkan bahwa kita didukung secara rohani dengan darah Tuhan Yesus Kristus.

Marilah kita menyaksikan dengan baik apa yang Rasul Paulus katakan bahwa di bawah Hukum Taurat tidak diperbolehkan untuk memakan roti yang beragi dan adonan yang pahit. Sekarang kita tidak berada di bawah ketentuan tersebut, tetapi kita harus membuang segala ragi kebencian, kelaliman, dan segala kerusakan, dan memiliki roti yang tidak mengandung kepahitan di dalamnya. Bagaimana caranya? Dengan kemurnian dan ketulusan hati. Sewaktu kita datang menghampiri Meja Kudus ini, di mana Anak Allah menunjukkan pada kita bahwa Dialah makanan rohani kita, dan bahwa Ia memberikan diri-Nya kepada kita secara total, dan Ia menghendaki supaya kita sekarang berpartisipasi di dalam pengorbanan yang telah Ia lakukan bagi kita untuk keselamatan kita.

Kita harus mengerti bahwa kita tidak mengikutsertakan kerusakan dan kekotoran dengan menggabungkannya, tetapi kita meninggalkannya, dan hanya mencari yang disucikan sepenuhnya, sehingga Tuhan Yesus boleh memiliki kita sebagai anggota-anggota tubuh-Nya. Ini berarti bahwa kita boleh ikut serta/mengambil bagian di dalam kehidupan-Nya. Karena itu sekarang, hendaknya kita turut ikut mengambil bagian pada Paskah Suci yang telah dipersiapkan-Nya untuk kita. Yaitu bahwa hal ini membawa kita pada kematian dan kesucian Tuhan kita Yesus Kristus, kemudian pada kebangkitan-Nya, sehingga kita boleh diyakinkan akan kehidupan dan keselamatan karena kemenangan yang telah diperoleh-Nya pada saat Dia bangkit dari kematian, dan bahwa pintu surga telah dibuka bagi kita dan mempersembahkan diri kita di hadapan-Nya, dengan selalu mengetahui bahwa Ia akan menerima kita sebagai anak-anak-Nya.

makna kematian yesus kristus di kayu salib

makna kematian tuhan yesus
(Oleh: elisa romauliagustina)






APA arti kematian Yesus Kristus bagi manusia? Pertanyaan ini penting karena kematian Yesus bukanlah satu peristiwa umum di antara begitu banyak peristiwa kematian dalam sejarah umat manusia. Tentu saja ada orang yang beranggapan bahwa kematian Yesus tidak mempunyai signifikansi apa-apa. Atau, kalaupun ada, signifikansinya hanya bersifat teladan moral dari seorang pejuang dan guru moral yang berani mati demi memegang teguh pada prinsip dan pengajaranNya. Pandangan-pandangan demikian biasanya berangkat dari asumsi bahwa kematian Yesus tidak diikuti kemudian oleh kebangkitanNya. Namun kita percaya, sebagaimana disaksikan oleh Perjanjian Baru, Yesus bukan saja mengalami kematian. Namun, Dia juga dibangkitkan oleh Allah. Karena itu, kematian Yesus menemukan makna signifikansi baru. Tanpa kepercayaan kepada kenyataan kebangkitan Yesus, kematianNya memang akan menjadi satu peristiwa yang meaningless atau tak bermakna secara teologis.

Dalam terang kebangkitan Yesus tersebut, bagaimana kita dapat memaknai kematianNya? Sebenarnya banyak makna teologis dan implikasi spiritual yang dapat kita eksplorasi dari peristiwa kematian Yesus. Bahkan salib, simbol kematian Yesus itu, adalah jantung pengajaran dan spiritualitas Kristen. Namun dalam tulisan ini, saya akan membatasi hanya pada dua makna yang saya anggap cukup penting untuk kita kaji. Makna substansial-soteriologis dan makna demonstratif-eksemplaris.

l. Kematian Yesus dapat kta pahami sebagai "korban", bukan dalam arti victim, tetapi sacrifice, pengorbanan. Dengan menggunakan istilah ini, Perjanjian Baru, khususnya kitab Ibrani, ingin mengungkapkan bahwa kematian Yesus adalah penggenapan terhadap bentuk-bentuk korban yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Dalam PL, banyak ritual persembahan korban, antara lain korban pendamaian, yang dilakukan oleh seorang Imam Besar. Kematian Yesus adalah korban yang sempurna dan dipersembahkan oleh seorang Imam Besar yang sempurna, yakni diriNya sendiri. (Ibrani ( 9 : 11 _ 12 ). Jadi, Yesus adalah Imam Besar yang datang kepada Allah dengan membawa korban dan korban itu adalah diriNya. Karena itu korban persembahan Yesus adalah korban yang sempurna. Dalam konteks inilah maka Paulus bicara mengenai kematian Yesus sebagai "jalan pendamaian"(Roma 3: 25) sebagaimana korban PL adalah suatu simbol jalan pendamaian manusia dan Allah.

Dan melalui kematian tersebut, tersedia suatu dasar ilahi bagi Allah untuk mengampuni manusia-manusia berdosa. Bagaimana Allah yang benar dan kudus dapat mengampuni manusia yang berdosa, sedangkan dosa adalah suatu kondisi dan tindakan manusia yang "melukai" kemuliaan Allah? Di sinilah letak jasa kematian Yesus. Yesus melalui kematianNya, membayar penuh "hutang-hutang" manusia yang telah mencederai kemuliaan Allah. "Ia mengampuni segala pelanggaran kta dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakannya dengan memakukannya pada kayu salib. (Kolose 2 : 13 b _ 14). Bagaimana pengampunan itu dapat terjadi? Dalam konteks ini, kita perlu pahami bahwa bahwa pengampunan itu dimungkinkan oleh kematian Yesus sebagai kematian yang menggantikan kita (substitutionary). Seharusnya manusialah yang dihukum oleh keadilan Allah. Tetapi Yesus menggantikan manusia, memikul dosa manusia, dan menerima penghukuman tersebut, bnd Gal 3 : 13. Dalam kematianNya Yesus mewakili umat manusia. Yesus adalah representasi manusia di hadapan Allah. " Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru ..., "kata Ibr 9:15. Tetapi untuk mendapatkan bagian dalam perjanjian tersebut, untuk dapay menikmati" keterwakilan " kita di dalam kematian Yesus, kita perlu berpartisipasi " didalam Yesus Kristus," suatu isitilah yang sering digunakan Paulus untuk menggambarkan " kesatuan spiritual " antara manusia dan Yesus Kristus, yang dapat diartikan sebagai percaya, menerima dan mendapat bagian dalam kematian dan kebangkitanNya, bnd Rom 6:6,8;8:1.


2. Kematian Yesus adalah suatu demokrasi kasih Allah yang tertinggi kepada manusia.Makna demonstratif dan eksemplaris ini memang tidak boleh dilepaskan dari makna substansial yang disebutkan diatas, karena ada kecenderungan menjadikan kematian Yesus sebagai suatu teladan moral.Tetapi makna ini perlu dikaji karena memang kematian Yesus menjadi suatu "display" teragung dari kasih Allah kepada manusia, seperti yang dikatakan Paulus dalam Rom 5 :8," Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,ketika kita masih berdosa." Alkitab bahasa Inggris menerjemahkan demikian :"But God demonstrates his own love for us in this : While we wer still sinners, Christ died for us." Kita dapat sangat tergetar oleh kisah Abraham mempersembahkan Ishak, anak tunggalnya, kepada Allah di gunung Moria. Tetapi dalam praktek agama-agama lain pada waktu itu, persembahan demikian bukanlah sesuatu yang sangat luar biasa. Yang jauh lebih luar biasa dan tak terkatakan adalah kisah Allah yang mempersembahkan dirinya kepada manusia. Yesus bukan hanya seorang manusia. Tetapi Dia adalah Anak tunggal Allah. Bahkan lebih dari itu, Dia adalah Allah itu sendiri , Pribadi ke-2 dari Allah Tritunggal. Dan dia mati untuk manusia. Barangkali kita perlu lebih banyak waktu untuk merenungkan topik ini : Bahwa Allah mati bagi manusia. Yohanes mengatakan "Allah adalah kasih,"(1 Yoh 4:8). Apakah yang paling jelas mendefinisikan pernyataan iman tersebut selain peristiwa salib? Yohanes sendiri menegaskan hal ini dalam ayat berikutnya."Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan ditengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia supaya kita hidup olehNya."Dan setiap kali bertanya, apakah Allah mengasihi kita, apakah Dia memperhatikan kondisi hidup kita, kisah kematian Yesus kiranya dapat mendemonstrasikan kembali betapa Dia mengasihi kita, manusia - manusia berdosa.

pandangan tiga agama tentang yesus

PANDANGAN TIGA AGAMA TENTANG YESUS



Yahudi:
1. Yesus lahir dari perbuatan zina; mengaku menjadi Mesias yang dinantikan Bani Israil.
2. Yesus layak mati disalib sebagai hukuman terhadap pengakuannya sebagai Mesias.

Kristen:
1. Yesus adalah Tuhan Putra, pribadi kedua Tuhan.
2. Yesus mengalami kematian di kayu salib untuk menebus dosa warisan umat manusia.

Islam:
1. Yesus lahir karena ketentuan Allah ( kalimat Allah ), dilahirkan ibindanya Siti Maryam binti Imran dalam keadaan suci ( fitrah ).

2. Yesus adalah seorang utusan Allah, bukan Tuhan sebagaimana penjelasan suratAl maidah/ 5:73.
” Sesunguhnya kafirlah orang –orang yang mengatakan bahwasannya Allahsalah satu dari tiga, padahal sekali-kali tiddak ada Tuhan ( yang berhak disembah ) selain Tuhan Yang Maha Esa . Jika mereka Tidak berhenti dari apa yamg mereka katakan itu, pasti orang – orang kafir diantara mereka akan tertimpa siksaan yang pedih.”

3. Yesus diselamatkan Allah dari kematian di kayu salib.
SEJARAH NATAL

Kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingatri hari kelahiran Isa Al Masih- yang mereka sebut Tuhan Yesus.

Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).

Kelahiran Yesus Menurut Bibel
Untuk menyibak tabir Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai Hari Kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel tentang kelahiran Yesus sebagaimana dalam Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1,10,11 (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).

Lukas 2:1-8:
”Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.
Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.

Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galelilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud- supaya didaftarkan bersama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung.

Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lapin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka dirumah penginapan.
Didaerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjanga kawanan ternak mereka pada waktu malam.”

Jadi, menuru Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu yang sedang melaksanakan sensus penduduk (7M=579 Romawi). Yusuf, tunangan Maryam ibu Yesus berasaldari Betlehem, maka mereka bertiga ke sana, dan lahirlah Yesus di Betlehem, anak sulung Maria. Maria membungkusnya dengan kain lampan dan membaringkannya dalam palungan (tempat makan sapi, domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput.

Menurut Matius 2:1, 10, 11
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masukalah mereka kedalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibunya.

Jadi menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus yang disebut Herodus Agung yang memerintah tahun 37 SM- 4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur.
Cukup jelas pertentangan kedua Injil tersebut (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember. Penggambaran kelahiran yang ditandai dengn bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan langit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari. Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara di kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil.

”Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: ”Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah. ”Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepada

”Kepercayaan, bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Betlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pegunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 300 Masehi”

Pada Tahun Berapa Yesus Lahir?

Umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada tahun 1, karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysius justru dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus. Namun Injil Lukas 2:1 (telah dikutip sebelumnya) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus jadi antara tahun 27 Sebelum Maseh-14 Sesudah Masehi. Sedangkan Matius: 2:1 (Juga telah dikutip) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodes Agung: tahun 37 Sebelum Masehi-4 Sesudah Masehi.

Ternyata antara pemahaman yang beredar di kalangan umat Kristen tentang kelahiran Yesus dengan berita yang disampaikan oleh Injil, Lukas maupun Matius, tidaklah menunjukkan suatu kepastian, sehingga ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir tahun 8 Sebelum Masehi, tahun 6 Sebelum Masehi, tahun 4 sesudah Masehi. Antara lain di kutip dari buku tulisan Rev. Dr. Charles Francis Petter, MA. . B.D., S.T.M. yang berjudul, The Lost Years of Jesus Revealed hal 119 sebagai berikut:
Pada abad ke-19 setelah terbukti dan akhirnya diakui bahwa Herodes telah mati 4 tahun sebelum masehi dan setelah ditetapkan, bahwa menurut cerita Matius (2:16) raja Herodes memerintahkan pembunuhan kanak-kanak umur/dibawah umur dua tahun untuk membinasakan Yesus harus digeser kebelakang, paling sedikit 4 tahun sebelum masehi. Masa kini para sarjana lebih condong menggeserkan tanggal lahirnya Yesus itu 5 sampai 6 tahun kebelakang tahun Masehi. Kesulitan menentukan tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya, dan kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran) malah soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanan juga harus dibangkitkan kembali.

Jadi sampai hari ini pun tidak ada kejelasan tahun berapa Yesus dilahirkan.

Asal Usul Perayaan Natal 25 Desember

Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.
Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.
Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katolik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/budaya pangannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun=matahari: day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember.

Maka supaya agama Katolik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/ penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus).
Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan, Pertama, hari minggu (Sunday=hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.
Sesudah Kaisar Kontantin memeluk agama Katolik pada abad ke-4 masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katolik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama panganisme politheisme nenek moyang.
Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang.

Demikian kepercayaan panganis politheisme mendapat ajaran tentang Dewa Matahari yang diperingati tanggal 25 Desember.
Mari kita telususri melalui Bibel maupun sejarah kepercayaan panganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuno didalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud).

H.W. Amstrong dalam bukunya The Plain Truth About Christmas, Worlwide Chrch of God, California USA, 1994, menjelaskan:
Namrud cucu Ham, anak nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia kuno. Nama Nimrod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata “Marad” yang artinya: “Dia membangkang atau Murtad antara lain dengan keberaniaannya mengawinkan ibu kandungnya sendiri bernama “Semiramis”.
Namun usia Namrud tidak sepannjang ibu sekaligus istrinya. Maka setelah Namrud mati, Semiramis menyebarkan ajaran: bahwa roh Namrud tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya perumpamaan pohon “Evergreen” yang tumbuh dari sebatang kayu mati.

Maka untuk memperingati kelahirannya dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan tanggal 25 Desember. Inilah asal usul pohon Natal.
Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia, kemudian Namrud dipuja sebagai “anak suci dari surga”.

Putaran jaman menyatakan bahwa penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi “Mesiah palsu”, berupa dewa “Ba-al” anak dewa matahari dengan objek penyembahan ‘Ibu dan Anak (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut menjalar ke negara lain: Di mesir berupa “Isis dan Osiris”, di Asia bernama “Cybele dan Deoius”. Di Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, “Kwan Im” di Cina, Jepang dan Tibet, India, Persia, Afrika, Eropa dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa “Madonna” dan lain-lain.

Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa):
1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga dinyatakan dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekalugus penganut kepercayaan ini.
2. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
3. Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
4. Ba-al yang disembah orang-orang Israel adalah dewa pendududk asli tanah Kana’an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan.
5. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir Kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat.

Demikian juga Serapsis, Attis, Issis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (bangsa Persia) dan Fo Hi (bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa, Easter.

Jadi konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember disalib/dibunuh kemudian dibangkitan, sudah ada sejak zaman purba.



Konsep/dogma agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karana merekalah telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah KEBOHONGAN yang sengaja dibuatnya. Kata Paulus kepada Jemaat Roma:

Tetapi jika kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai seorang berdosa?
(Roma 3:7)
Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu, Yesus telah mensinyalir lewat pesannya:
Jawab Yesus kepada mereka: Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.

(Matius 24:4-5).
Pandangan Bibel Tentang Upacara Natal.
Untuk mengetahui pandangan Bibel tentang perayaan Natal yang diwarisi oleh tradisi paganisme, baiklah kita telaah Yeremia 10:2-4:
”Beginilah firman Tuhan: ”Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang diseganii bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukanlah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang”.
Demikianlah pandangan Bibel tentang upacara Natal yaitu melarang orang Kristen mengikuti kebiasaaan bangsa-bangsa penyembah berhala.
Selanjutnya mari kita simak penjelasan Yeremia 10:5
”Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun. Tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun dia tidak dapt.”

Sumber-sumber Kristen yang Menolak Natal
1. Catolic Encyclopedia, ediai 1911 tentang Christmas:
” Natal bukanlah upacara gereja yang pertama... melainkan ia diyakini berasal dari Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari., kemudian dijadikan kelahiran Yesus.

Dalam buku yang sama, tentang ” Natal Day” dinyatakan sebagai berikut:
”Di dalam kitab suci tidak ada seorang pun yang mengadakan upacara atau penyelenggaraan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
2. Encyclopedia Britanica, edisi 1946 menyatakan:
”Natal bukanlah upacara gereja abad pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakan dan Bibel juga tidak pernah menyelenggarakannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”
3. Encyclopedia Americana, edisi tahun 1944 menyatakan:
”Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran tersebut.......”.

(Perjamuan Suci, yang termaktub dalam kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus)..... Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad ke-4 M. Pada abad ke-5 M. Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari ”Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus.”